HIDUP MEMILIH UNTUK MENCATAT SEJARAH ATAU MENJADI PENCUNDANG !”

Jumat, 23 Desember 2016

Putih Hitam

Indonesia...
Itulah kebangganku....
Negara yang tak pernah sepi hingga penghujung waktu
Untuk mengais modal kehidupan yang masih tersisa

Ketidak pedulian dimana-mana...
Individualisme menjadi kebanggaan
Kebahagiaan pribadi yang dikejar
Tanpa peduli masih ada disekitar yang meringis kesakitan

Masih banyak anak menjerit.....
Karena dunia hitam yang mereka jalani
Tanpa kebahagiaan yang penuh arti
Mereka berjuang di atas kaki sendiri......

Ada yang berjuang demi mempertahankan nafasnya
Ada yang berjuang demi mempertahankan singgasananya
Dan ada pula yang berusaha mempertahankan kenyamananya.....
Putih yang mereka rasakan....
Tak setimpal dengan hitam yang mereka perjuangkan....

Surabaya, 15 Oktober 2016


- warsitana -

Jumat, 16 Desember 2016

Cerpen...



I Love You...
-From Amerika-

“Indonesia tanah air beta.....Pusaka abadi nan jaya....Indonesia sejak dulu kala, tetap di puja-puja bangsa....Disana tempat lahir beta.....Di Buai di besarkan BUNDA.... Tempat berlindung di hari tua.... Sampai akhir menutup mata........”

            Pagi ini, ku dengarkan lagu itu dari tetangga sebelah rumahku. Lagu yang tak asing di telingaku. Aku bisa menyanyikannya tapi aku jarang mendengarkannya di rumah. Hanya mungkin sering kali ku dengar lagu itu di sekolah, saat upacara berlangsung. Lagipula tidak setiap Senin saat upacara lagu itu di nyanyikan oleh tim paduan suara. Padahal menurutku lagunya sangat enak dan cukuplah untuk menumbuhkan sifat nasionalis dan sadar diri bahwa Indonesia itu indah. Ah, tapi yasudahlah.

      Seperti biasanya sebelum aku pergi ke sekolah, aku pamit dulu kepada ayah dan ibu.
      “Yah, buk aku berangkat sekolah sekarang ya. Sebelum terlambat. Assalamualaikum....” kataku sambil mencium kedua tangan orang tuaku.
       “Iya hati-hati nak. Waalaikumsalam...” 

            Aku melihat suasana baru dari rumah yang memutar lagu Indonesia Pusaka tadi. Nampaknya penghuni rumah itu sudah berbeda dari sebelumnya. Apakah mungkin pak Doni sudah pindah rumah? Kenapa aku tak mendengar kabar apapun tentang itu ya. Hmmm.....

            Saat aku terdiam lama di depan rumah itu, tak lama kemudian keluarlah seorang anak perempuan yang lumayan cantik. Dia mengenakan seragam putih abu-abu sama sepertiku, dan menggunakan penutup kepala.

            “Haloo permisi, ada apaya mas kok berdiri di depan rumah saya?” katanya.
Aku merasa gugup saat dia mengatakan hal itu padaku. Aku bingung mau menjawab apa karena memang tak ada yang aku lakukan di depan rumah itu
           “Haloo juga, aku tidak sedang melakukan apa-apa kok. Kamu warga baru ya disini. Lalu pak Doni penghuni sebelumnya kemana ya kalau boleh tau?” Jawabku dengan tenang.
           “Oh pak Doni itu pamanku. Beliau memang sudah tidak tinggal disini lagi, karena om Doni sudah pindah rumah yang lebih dekat dengan akses ke tempat kerjanya. Aku baru saja pindah dari Amerika, dan rumah ini di beli oleh Papaku. Asal kamu tau saja ya kalau om Doni itu adik dari papaku hehe. By the way, kenalkan namaku Sita.” Ujar si gadis yang sempat membuatku terpikat sambil mengulurkan tangannya. 

            Aku sempat ragu saat akan memberikan tanganku padanya.
            “Namaku Faisol. Aku tinggal jarak dua rumah dari rumahmu ini.”
           “Waaah, dekat juga ya ternyata. Kapan-kapan aku boleh main ya Faisol ke rumahmu.
            “panggil aku Fais saja sit. Kalau kamu memanggilku Faisol terlalu panjang hehe. Oh iya, kamu sekolah di SMA Bina Pusaka juga?”
            “Iya Fais, aku dipindah papa untuk sekolah disitu. Kamu pasti juga murid sana kan? Asyiik, aku dapat teman baru sekaligus teman untuk berangkat ke sekolah bersama. Tadi aku sempat tidak berani karena akan masuk ke sekolah baru tanpa ditemani kedua orangtuaku.”

            Kami pun berjalan berdua menuju ke sekolah secara bersamaan. Aku tidak pernah menyangka akan punya teman baru dari Amerika. Negara adidaya yang sangat kuat di seluruh dunia itu. Kelihatannya memang dia sangat berintelektual.

          “Aku ingin bertanya padamu Sit, tadi pagi aku mendengar lagu Indonesia Pusaka dari rumahmu. Apakah kamu yang memutarnya?” tanyaku penasaran
          “Iya is aku yang memutarnya. Memangnya ada apa? Apakah suaranya terlalu keras sehingga sampai mengganggumu?”
          “Tentu saja tidak. Aku tidak merasa terganggu, akan tetapi yang ingin aku tanyakan kenapa kamu memutar lagu jenis seperti itu. Bukankah kalau anak Amerika dan yang terlalu lama hidup di luar negeri musik serta lagu yang di sukainya tidak seperti itu?”

          “Aku sangat mencintai Indonesia is. Aku lahir di Indonesia, akan tetapi waktu umurku 5 tahun keluargaku pindah ke Amerika sampai tahun ini baru kembali ke Indonesia. Aku merasa sangat rindu tempat kelahiranku. Aku ingin agar suatu saat nanti Indonesia mampu seperti Amerika, menjadi negara super power. Aku sangat suka dengan lagu Indonesia Pusaka, bahkan teman-temanku yang di Amerika aku ajarin lagu itu kata mereka sih easy listening gitu hehe”

            “Waaaw, hebat hebat. Ngomong-ngomong katamu tadi kamu cinta Indonesia. Padahal kamu kan disini hanya sampai umur 5 tahun saja dan aku yakin kamu belum mengetahui apa-apa tentang Indonesia. Kenapa kamu bisa sangat mencintainya?” tanyaku.
Kali ini Sita tidak langsung menjawab pertanyaanku dengan cepat. Nampaknya dia sedang memikirkan pertanyaanku yang mungkin sedikit berat baginya.

            “Aku mendengar banyak hal tentang Indonesia dari kedua orangtuaku. Setiap hari pokok pembahasan dalam keluarga kami adalah tentang setiap konflik, budaya, trending topic yang berhubungan dengan negara ini. Meskipun aku tinggal di Amerika, tapi aku tidak pernah ketinggalan sedikit pun berita tentang Indonesia loh is. Aku cinta Indonesia, karena Indonesia itu indah. Indonesia ini punya banyak kekayaan alam yang menunggu generasi kita untuk mengolah dan mengembangkannya. Indonesia butuh orang seperti kita is. Perlu kamu ketahui ya is, bahwasannya Amerika itu memang kota yang sangat canggih dan sedap di pandang, tapi kekayaan alami yang dimilikinya tak sebanyak yang ada di Indonesia. Aku ingin kembali ke nergara ini karena aku ingin memberikan ilmu yang aku miliki untuk tempat kelahiranku, untuk kemajuan bangsaku. Maka dari itu, setiap saat lagu yang ku putar seperti yang kau dengar tadi pagi. Aku ingin supaya aku selalu ingat dengan tujuanku untuk membesarkan Indonesia, aku tidak ingin semangatku luntur sampai kapanpun.” Terang Sita.

            Mendengar hal itu, aku sempat merinding dan berpikir keras. Sita, seorang anak yang lama tinggal di negara orang. Tapi mampu memiliki semangat juang seperti ini. Lalu apa kabar denganku yang sudah 17 tahun tinggal di Indonesia belum tentu memikirkan tentang kemajuan negara ini. Aku baru saja banyak belajar dari pernyataan yang dikeluarkan oleh Sita.

            “Aku salut padamu sit. Aku bangga kau memiliki sikap nasionalis yang sangat tinggi. Terima kasih juga kau telah menyadarkanku pagi ini. Kita harus berteman terus ya dan aku ingin kau tularkan semangat nasionalismu itu padaku hehe.”

            Kali ini ia tak mengatakan sepatah katapun, akan tetapi ia hanya melemparkan senyuman manis. Oh, jadi seperti itu senyuman gadis dari Amerika-Indonesia. Tak jauh beda dengan teman wanitaku yang lainnya. Kami pun terus berjalan dan tak terasa sudah sampai di sekolah. Baru kali ini aku tidak merasakan lelah sama sekali berjalan. Ya mungkin karena kami tadi berbicara terlalu asyik sehingga perjalanannya tak terasa. Perjalanan pagi yang di luar dari kebiasaanku sebelumnya. Entah mengapa, aku mendadak merasa bangga dengan lahir di negara ini. Aku merasa sangat semangat menuntut ilmu di pagi ini. Semoga semangatku ini tak hanya di hari ini saja, akan tetapi sampai akhir hayat. Terima kasih banyak Sita, berkatmu aku sadar Indonesia itu luar biasa!

Senin, 12 Desember 2016

Cerita di Malam Hari

 
Penyebabnya bukanlah badai pasir yang hebat, kekeringan yang tak kunjung usai, ataupun puting beliung yang dahsyat
Di masa 1446 tahun yang lalu...
Muhammad perjuangkan masyarakatnya yang tertindas
Semua itu bukanlah keinginannya, tapi karena kepekaannya
Setiap teriakan, siksaan, kejahiliyyahan tiada henti membuat nuraninya terusik
Malam itu, sang malaikat menjelma dengan membawa ribuan bisikan
Embun yang dingin mulai menyakiti kulit Muhammad
Ia pulang dengan penuh takut dan kecemasan
Ia tak kuasa mendengar bisikan semalam
Bisikan tentang keteguhan dan moral yang harus diubah
Bisikan agar Muhammad segera tersadar
Keseimbangan masyarakat yang senantiasa di rindukan
Moral yang tak rusak lagi,
kedamaian yang kekal abadi...
Sang malaikat pun berkata “Bangunlah wahai orang yang berselimut, dan lihatlah ada kerusakan di sekitarmu”
Muhammad diberi kepercayaan pencipta-Nya, karena kepedulian terhadap kerusakan masyarakat di sekelilingnya
 Kini, masihkah kau apatis terhadap masyarakat yang ada di sekitarmu?