HIDUP MEMILIH UNTUK MENCATAT SEJARAH ATAU MENJADI PENCUNDANG !”

Selasa, 17 Juli 2018

Ulasan 'Memang Jodoh' Karya Marah Rusli

 Sebelumnya pada postingan di instastory milik instagram, saya mengatakan novel 'Memang Jodoh' menceritakan pada masa lebih kurang ratusan tahun yang lalu, laki-laki di Padang wajib mempunyai istri lebih dari satu. Ditambah memiliki kekayaan dan keturunan bangsawan, maka secara otomatis akan disukai banyak perempuan bahkan mereka rela dimadu serta orang tua dari pihak perempuan akan menafkahi keluarga tersebut (pasti kalian mikir keenakan cowoknya ya kan? Sama cuy😥).

   Hal yang paling menarik dalam cerita ini adalah seorang Hamli yang memiliki kepribadian sangat idealis untuk menolak dengan tegas adat Padang kala itu. Sekalipun dalam tubuhnya terdapat unsur darah biru, ia memiliki pemikiran bahwa adat tersebut sudah usang, mengacaukan keadaan, menghambat kemajuan, dan tidak sesuai dengan keadaan orang sekarang (jangan dibayangkan tahun 2018 ya, saya ingatkan lagi kisahnya berlatar tahun 1800-an). Naah dari sini konflik mulai banyak bermunculan, khususnya berasal dari keluarga besar Hamli.

   Antara beberapa konflik yang muncul dalam cerita diawali dari Ibunda Hamli yang menginginkan agar ia segera menikah dengan perempuan asli Padang sama seperti adat yang sudah berlangsung sebelumnya. Apalagi sosok Hamli adalah pemuda yang digambarkan dengan wajah tampan, berasal dari keluarga bangsawan, dan cerdas. Ibu mana yang tak ingin menjodohkannya dengan laki-laki seperti itu (
Ibuku sih kayaknya wkwk). Akhirnya untuk menghindar dari semua tekanan, dia memutuskan pergi ke tanah Jawa. Selain itu, ia juga ingin melanjutkan jenjang pendidikannya di bangku perkuliahan.

   Di tanah Jawa, dia hidup bersama nenek tercinta. Godaan untuk melakukan poligami baik secara halus maupun kasar yang dilakukan mulai dari misanan, bibinya, cenayang suruhan teman ayahnya, orang kepercayaan terus mengalir dan lain sebagainya. Sampai suatu ketika dia bertemu dengan gadis keturunan berdarah biru asli Sunda yang membuatnya jatuh hati dan memutuskan untuk menikah.

   Pasti berpikir polemiknya berhenti kan??? Tidak Warganet! Sekalipun dia sudah menikah masih saja dipaksa untuk menikah lagi. Salutnya dari tokoh si Hamli ini, dia tetap berpegang teguh pada idealismenya "ANTI POLIGAMI" dan menolak adat yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, hingga masa tuanya si Hamli beserta keluarga kecilnya menetap di tanah Jawa dan bersumpah tidak akan kembali lagi ke Padang.

   Singkat cerita itulah kisah dari novel sastra yang ditulis oleh Marah Rusli sebagai kado pernikahan ke-50 tahun untuk sang istri. Kira-kira pesan tersirat yang dapat diambil dari cerita itu menurut kalian apa sih?

(Jawabannya sila ditulis di kolom komentar saja ya. Terima kasih sudah mau membaca❤)
Salam literasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar